Tuesday, 28 January 2014

AGNEZMO “THE REAL DREAM WARRIOR”

Oleh : Junedi Ragansan Purba


      “Dream, Believe, and Make It Happen”, itulah tagline cerdas dan inspiratif dari seorang Agnez Mo untuk menginspirasi lintas generasi di Indonesia bahkan di dunia, terutama generasi muda untuk berani bermimpi besar dan berani berjuang untuk mewujudkannya dengan keyakinan yang besar pula. Meski tak gampang dan tidak semudah membalikkan telapak tangan, perjuangan panjang dan proses yang keras ternyata berani untuk dilalui oleh artis multitalenta yang menyelesaikan masa sekolah SMP dan SMA hanya dalam kurun waktu empat tahun tersebut. Pekerja keras dan perfeksionis, kesan itulah yang terlihat begitu nyata melekat pada sosok seorang Agnez Mo yang tak pernah setengah-setengah untuk berjuang meraih mimpinya. Tak bisa dipungkiri, prestasinya yang cemerlang telah mengukuhkan namanya di posisi puncak industri hiburan tanah air dengan karya-karya yang berkualitas selama lebih dari dua dekade. Maka tak heran jika berbagai kemenangan “ajang penghargaan berkualitas” kerap “menghampiri” pelantun lagu Paralyzed tersebut. Guys, don’t said that it’s a lucky, she deserved of all that awards becoz of her quality and hardwork. No doubt, Agnez Mo is one of the most awarded winning artist in Indonesia and Asia, next to the world. Proud! 
Siapa berani bermimpi besar, kepadanya diberi kekuatan besar untuk berjuang,
Siapa berani berjuang dan tetap tegar, kepadanya keajabaian akan dinyatakan untuk jadi pemenang.


       Well known worldwide as a big entertainer atau yang lebih familiar kita kenal dengan istilah “go international” merupakan salah satu dari sekian banyak impian besar seorang Agnez Mo dalam karirnya di dunia entertainment. Ibarat petir di siang bolong, kata “go international” yang dulu diucapkan oleh teman duet Keith Martin di lagu I’ll Light a Candle tersebut seolah-olah seperti bola api yang membakar telinga orang-orang pesimis yang mungkin saja tidak memiliki impian pada saat itu. Tak pelak, pernyataan tersebut menjadi kontroversi yang berkepanjangan dan menimbulkan reaksi negatif yang terkesan “brutal”. Tak sedikit orang yang menertawakan impian tersebut karena dianggap tidak masuk akal, terlebih pada saat itu Agnez masih berusia belasan tahun dan mungkin dipandang sebelah mata oleh orang-orang yang sepertinya tidak mau berkompetisi dengan nilai-nilai sportivitas tanpa memandang usia. “Aku muda, aku bisa, leo leo leo yeahhh!

    “It’s imposibble, arogan, sombong, merasa paling hebat, mimpi ketinggian”, itulah reaksi negatif dari berbagai kalangan pada saat itu, mulai dari awak media yang kerap menulis berita miring untuk menyindir, bahkan beberapa “musisi dan selebriti abal-abal” yang menggonggong karena meragukan atau mungkin memang tidak menginginkan impian itu terwujud. Who knows?, but it’s true! Sebagai pribadi yang cerdas, Agnez menjadikan semua celaan dan keraguan tersebut sebagai motivasi dan batu loncatan untuk membuktikan bahwa mimpinya layak diperjuangkan. Walaupun banyak yang mencibir dengan begitu liar, namun tak sedikit pula yang tetap setia mendukung karir pemenang tujuh kategori sekaligus dalam ajang JPop Asia International Music Awards tersebut. Her God, her family, her best friends, and her most die hard fans will always be there for her journey.

Ketika orang lain dengan begitu bahagai menertawakanmu,
Sesungguhnya saat itulah dengan begitu sedih mereka sedang menangisi dirinya sendiri.


     Jika kita teliti dengan cermat, tentu sangat tidak mungkin dengan sendirinya kata “go international” diucapkan jika pada saat itu tidak ada yang bertanya apa yang menjadi resolusi atau impian Agnez kedepan. Terlepas dari faktor spontanitas atau karena Agnez dan manajemennya memang sudah merencanakan resolusi untuk menjadi artis yang mendunia, ucapan Agnez untuk “go international” adalah jawaban yang sangat tepat pada saat itu walaupun dengan resiko yang tidak gampang. Bayangkan jika Agnez tidak pernah mengucapkan bahwa dia memiliki impian untuk “go international” pada saat itu, mungkin saja ceritanya akan menjadi berbeda dengan perjuangan panjang dan kerja keras Agnez untuk mencatatkan namanya sebagai artis berkualitas kelas dunia seperti  saat ini. Dear all good people, “Agnez tidak pernah mengumbar sensasi untuk pencitraan akan hal ini, hanya orang-orang yang tidak bertanggung jawab yang mendramatisir pemberitaan tanpa konfirmasi kepada orang yang bersangkutan”. Semoga orang-orang yang dulu pernah meragukan dan mencela impian Agnez masih dalam keadaan sehat hingga saat ini, sehingga mereka masih dapat melihat sesuatu yang telah nyata dari mimpi besar seorang anak bangsa. Love is the best way!
Forgive and love the other like you love yourself,
becoz you’ll get much from love more than you can give.


     Selangkah lagi sepertinya akan menjadi momen penting untuk menggenapi ribuan kilometer perjalanan Agnez menuju panggung dunia. Ibarat anak tangga, satu per satu ia lalui sebagai proses yang sangat berharga untuk mempertajam kualitas dirinya. Mungkin itu terasa begitu lama bagi sebagian orang, tapi faktanya adalah bahwa tidak ada lorong waktu menuju kesana dan kualitas benar-benar menjadi taruhannya. Bayangkan, dua puluh tahun berkarya tanpa lelah, dan mimpi itu masih berkobar dengan semangat '45 yang tetap sama hingga saat ini. Dream comes true, peluncuran single internasional berjudul “Coke Bottle” dan kerjasama Agnez dengan beberapa musisi dan selebriti kelas dunia serta kemunculannya di berbagai event penting di Amerika semakin mempertegas bahwa waktunya segera tiba. It’s the time for Indonesia to shake the world.

Sebagaimana benih, ia harus ditanam dan dirawat walau bertahun-tahun hingga berbuah,
Begitu juga mimpi, ia harus dibangun dan dikejar walau bertahun-tahun hingga nyata tanpa menyerah.


     Faith in God, itulah dasar yang kuat oleh keyakinan kepada Sang Pencipta atas segala sesuatu yang kita harapkan dan menjadi bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat. The power of Faith, Love, Hope and Forgiveness, kekuatan itulah yang membuat bendera impian tersebut tetap berkibar dengan gagahnya. Jujur saja, jika Agnez tidak benar-benar taat secara rohani dan tidak setia untuk mengandalkan Tuhan, mungkin saja tidak ada cerita kesuksesan besar seperti saat ini dengan tetap berada di jalan yang benar. Faktanya dapat kita lihat dengan jelas lewat pemberitaan di berbagai media, sangat jarang untuk artis Indonesia bahkan artis dunia untuk dapat berprestasi dan memiliki kehidupan yang benar secara seimbang. No matter who we are, let’s grow up together in our faith. WE ARE ONE, WE ARE LOVE!.


Mimpi itu memang gratis, sehingga tidak ada yang membelinya,
Tapi darahmu ‘kan kau teteskan sampai habis, karena uang saja tak dapat mewujudkannya.
(JRagansan Purba)

Thursday, 9 January 2014

Kemerdekaan Fashion “Budaya Timur” Seorang Agnez Mo

Oleh : Junedi Ragansan Purba


       Sepertinya tak ada hal yang tak menarik untuk dibahas dari seorang Agnez Mo. Nama besarnya di dunia entertainmen Indonesia yang telah berhasil menembus pasar internasional membuatnya menjadi “menu utama” yang paling banyak dicari dan diperbincangkan, mulai dari karir, pendidikan, prestasi, fashion, hingga kehidupan pribadinya. Ibarat sebuah magnet, segala hal yang berkaitan dengan kepala sekolah Nez Academy tersebut memiliki daya tarik tersendiri untuk menjadi pusat perhatian publik. 

      Tak bisa dipungkiri jika keberadaan pelantun "Coke Bottle" tersebut merupakan salah satu fenomena di industri hiburan tanah air. Kehidupannya yang sarat dengan prestasi yang terbilang sangat cemerlang di usia yang masih muda serta kecerdasan intelektual yang terbilang sangat jauh di atas rata-rata artis Indonesia lainnya membuat banyak kalangan kagum dan menyukainya, tapi tidak sedikit pula yang kontra dan menebar rasa tidak suka dengan alasan-alasan dari pemikiran yang terkesan sangat dangkal. Lebih ironis lagi, rasa tidak suka tersebut mereka rawat dan mereka pupuk menjadi sebuah kebencian dengan memperdebatkan SARA dan hal-hal yang didasari atas emosi yang tidak terkontrol. Come on guys, kebencianmu ibarat kanker yang perlahan akan menggerogoti pikiraanmu.  Dear haters, say what you want, but love will always be the winner. 

      Salah satu fenomena dari seorang  Agnez Mo yang kini sedang hangat diperbincangkan adalah pro kontra terhadap fashion yang dikenakan artis multitalenta kelahiran Jakarta, 1 Juli 1986 tersebut. Salah satu hal yang menarik untuk dicermati dari kondisi ini adalah adanya beberapa media online ternama dengan “pikirannya yang sempit” memuat beberapa artikel yang dengan gamblang mengarahkan pembacanya untuk menebar kebencian dengan konten tulisan yang provokatif. Padahal, sebuah media pada hakekatnya harus bersifat netral dan tidak memiliki tendensi tertentu untuk memprovokasi pembacanya. Terlepas dari kesadaran mereka atas etika dalam sebuah media komunikasi dan publikasi, mungkin berita mengenai Agnez Mo adalah salah satu senjata paling ampuh bagi mereka untuk menarik perhatian pembacanya. Hal itu dapat dilihat dari jumlah ribuan komentar yang selalu lebih banyak jika dibandingkan dengan berita lainnya. Automatically, hal ini menjadi lahan subur bagi mereka yang hanya bisa berkomentar negatif tanpa melihat diri mereka sendiri yang sesungguhnya tidak lebih baik dari orang yang mereka komentari. 

      “Salah kostum”, sindirian negatif itulah yang sering dilontarkan oleh sebagian orang yang tidak suka dengan penampilan Agnez Mo yang katanya tidak pantas dan tidak sopan. Jika komentar-komentar negatif itu diutarakan secara objektif tanpa tendensi rasa tidak suka yang didasari rasa benci, maka seharusnya mereka juga bisa berkomentar positif jika penampilan Agnez Mo terlihat sopan, misalnya ketika Agnez Mo mengenakan batik dan tampil elegan di acara United Nations di Bali bersama Timbaland, bahkan Agnez Mo tampil sangat sopan dan simpel saat profil dan fotonya dimuat di Regard Magazine America. Adakah komentar positif dari mereka yang hanya bisa mencari-cari kekurangan dan kesalahan dari seorang Agnez Mo???. Tentu tidak, karena faktanya adalah sebagus dan sebaik apapun yang dilakukan teman duet Timbaland tersebut jika penilaian seseorang terhadap dirinya didasari oleh kebencian tentu saja tidak akan pernah menghasilkan kebaikan. Guys, don't waste your time, look in to yourself! 

      Dengan alasan bahwa katanya budaya ketimuran yang ada di Indonesia adalah budaya paling baik dan paling sopan di dunia, hal itu mereka jadikan senjata untuk men-judge berbagai penampilan dan style pemilik album “…and the story goes” tersebut. Tapi faktanya, koruptor dan pelanggaran moral justru termasuk paling merajalela di Indonesia. Seseorang dengan cara berpakaian yang sangat sopan pun tidak menjamin bahwa karakternya baik dan benar, bahkan bisa jadi lebih buruk dan liar. Itukah “budaya timur” yang selama ini kita dengung-dengungkan lebih baik dari budaya barat?  Think again!

      Pada intinya, apapun yang ia lakukan dan ia gunakan tidak merugikan pihak manapun, tidak merugikan dirinya sendiri dan tidak merugikan orang lain. Jika setiap orang bisa berpikir dengan akal sehat yang benar, yang salah bukanlah Agnez Mo dan kostumnya, tapi karakter orang-orang yang tidak rela melihat kesuksesan artis dengan follower terbanyak se-Asia tersebut. Jika Agnez Mo bisa menjadi artis multitalenta yang sangat profesional, seharusnya mereka juga bisa menjadi hater yang profesional. Let's pray for them! 

      Fashion is art, its universal and unlimited. Tampil sopan adalah sebuah keharusan karena etika, tampil seksi adalah sebuah pilihan karena estetika. Tapi tampil seksi dengan tetap berperilaku sopan adalah sebuah kemerdekaan fashion budaya timur untuk estetika yang beretika. It's Agnez Mo with her unique and high quality fashion phenomena.     


Fashion is just what you use because you like it, 
but character is what you are because it live in you. 
(JRagansan Purba) 

SEMANGAT DALAM ABJAD untuk Growth Mindset Kamu!

    "Semangat Dalam Abjad", one simple step to your # GrowthMindset ! Halo sobat pembelajar, pilihan apa yang akan kamu prioritas...