Kemerdekaan Fashion “Budaya Timur” Seorang Agnez Mo

Oleh : Junedi Ragansan Purba


       Sepertinya tak ada hal yang tak menarik untuk dibahas dari seorang Agnez Mo. Nama besarnya di dunia entertainmen Indonesia yang telah berhasil menembus pasar internasional membuatnya menjadi “menu utama” yang paling banyak dicari dan diperbincangkan, mulai dari karir, pendidikan, prestasi, fashion, hingga kehidupan pribadinya. Ibarat sebuah magnet, segala hal yang berkaitan dengan kepala sekolah Nez Academy tersebut memiliki daya tarik tersendiri untuk menjadi pusat perhatian publik. 

      Tak bisa dipungkiri jika keberadaan pelantun "Coke Bottle" tersebut merupakan salah satu fenomena di industri hiburan tanah air. Kehidupannya yang sarat dengan prestasi yang terbilang sangat cemerlang di usia yang masih muda serta kecerdasan intelektual yang terbilang sangat jauh di atas rata-rata artis Indonesia lainnya membuat banyak kalangan kagum dan menyukainya, tapi tidak sedikit pula yang kontra dan menebar rasa tidak suka dengan alasan-alasan dari pemikiran yang terkesan sangat dangkal. Lebih ironis lagi, rasa tidak suka tersebut mereka rawat dan mereka pupuk menjadi sebuah kebencian dengan memperdebatkan SARA dan hal-hal yang didasari atas emosi yang tidak terkontrol. Come on guys, kebencianmu ibarat kanker yang perlahan akan menggerogoti pikiraanmu.  Dear haters, say what you want, but love will always be the winner. 

      Salah satu fenomena dari seorang  Agnez Mo yang kini sedang hangat diperbincangkan adalah pro kontra terhadap fashion yang dikenakan artis multitalenta kelahiran Jakarta, 1 Juli 1986 tersebut. Salah satu hal yang menarik untuk dicermati dari kondisi ini adalah adanya beberapa media online ternama dengan “pikirannya yang sempit” memuat beberapa artikel yang dengan gamblang mengarahkan pembacanya untuk menebar kebencian dengan konten tulisan yang provokatif. Padahal, sebuah media pada hakekatnya harus bersifat netral dan tidak memiliki tendensi tertentu untuk memprovokasi pembacanya. Terlepas dari kesadaran mereka atas etika dalam sebuah media komunikasi dan publikasi, mungkin berita mengenai Agnez Mo adalah salah satu senjata paling ampuh bagi mereka untuk menarik perhatian pembacanya. Hal itu dapat dilihat dari jumlah ribuan komentar yang selalu lebih banyak jika dibandingkan dengan berita lainnya. Automatically, hal ini menjadi lahan subur bagi mereka yang hanya bisa berkomentar negatif tanpa melihat diri mereka sendiri yang sesungguhnya tidak lebih baik dari orang yang mereka komentari. 

      “Salah kostum”, sindirian negatif itulah yang sering dilontarkan oleh sebagian orang yang tidak suka dengan penampilan Agnez Mo yang katanya tidak pantas dan tidak sopan. Jika komentar-komentar negatif itu diutarakan secara objektif tanpa tendensi rasa tidak suka yang didasari rasa benci, maka seharusnya mereka juga bisa berkomentar positif jika penampilan Agnez Mo terlihat sopan, misalnya ketika Agnez Mo mengenakan batik dan tampil elegan di acara United Nations di Bali bersama Timbaland, bahkan Agnez Mo tampil sangat sopan dan simpel saat profil dan fotonya dimuat di Regard Magazine America. Adakah komentar positif dari mereka yang hanya bisa mencari-cari kekurangan dan kesalahan dari seorang Agnez Mo???. Tentu tidak, karena faktanya adalah sebagus dan sebaik apapun yang dilakukan teman duet Timbaland tersebut jika penilaian seseorang terhadap dirinya didasari oleh kebencian tentu saja tidak akan pernah menghasilkan kebaikan. Guys, don't waste your time, look in to yourself! 

      Dengan alasan bahwa katanya budaya ketimuran yang ada di Indonesia adalah budaya paling baik dan paling sopan di dunia, hal itu mereka jadikan senjata untuk men-judge berbagai penampilan dan style pemilik album “…and the story goes” tersebut. Tapi faktanya, koruptor dan pelanggaran moral justru termasuk paling merajalela di Indonesia. Seseorang dengan cara berpakaian yang sangat sopan pun tidak menjamin bahwa karakternya baik dan benar, bahkan bisa jadi lebih buruk dan liar. Itukah “budaya timur” yang selama ini kita dengung-dengungkan lebih baik dari budaya barat?  Think again!

      Pada intinya, apapun yang ia lakukan dan ia gunakan tidak merugikan pihak manapun, tidak merugikan dirinya sendiri dan tidak merugikan orang lain. Jika setiap orang bisa berpikir dengan akal sehat yang benar, yang salah bukanlah Agnez Mo dan kostumnya, tapi karakter orang-orang yang tidak rela melihat kesuksesan artis dengan follower terbanyak se-Asia tersebut. Jika Agnez Mo bisa menjadi artis multitalenta yang sangat profesional, seharusnya mereka juga bisa menjadi hater yang profesional. Let's pray for them! 

      Fashion is art, its universal and unlimited. Tampil sopan adalah sebuah keharusan karena etika, tampil seksi adalah sebuah pilihan karena estetika. Tapi tampil seksi dengan tetap berperilaku sopan adalah sebuah kemerdekaan fashion budaya timur untuk estetika yang beretika. It's Agnez Mo with her unique and high quality fashion phenomena.     


Fashion is just what you use because you like it, 
but character is what you are because it live in you. 
(JRagansan Purba) 

Comments

  1. Mantap bgt artikelnya. Cerdas dan positif. 2 jempol buat anda.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terima kasih banyak, semoga bermanfaat dan berdampak positif..

      Delete
  2. The end of article is the best part.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Actually, the end of the article is my favorite part, becoz it comes from my heart with an emotional thought, for sure :-)

      Delete
  3. "Tampil seksi dengan tetap berperilaku sopan adalah sebuah kemerdekaan fashion budaya timur untuk estetika yang beretika."

    What a quote!

    ReplyDelete
    Replies
    1. #IndependenceOfFashion
      Thinking so hard to drive my heart in creating the quote, but finally I can find that words..

      Delete

Post a Comment

Popular posts from this blog

NEZINDACLUB “KEKUATAN BESAR DI BALIK KESUKSESAN AGNEZMO”

100 DAILY VITAMIN FOR YOURSELF (Part I - 30 Hari)